Teh hijau, jenis teh tertua, amat disukai terutama                          oleh masyarakat Jepang dan Cina. Di sini daun teh                          mengalami sedikit proses pengolahan, hanya pemanasan dan                          pengeringan sehingga warna hijau daun dapat                          dipertahankan. Sedangkan teh oolong lebih merupakan                          jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau. Ketiga                          jenis teh masing-masing memiliki khasiat kesehatan                          karena mengandung ikatan biokimia yang disebut                          polyfenol, termasuk di dalamnya                          flavonoid. Flavonoid merupakan suatu                          kelompok antioksidan yang secara alamiah ada di dalam                          sayur-sayuran, buah-buahan, dan minuman seperti teh dan                          anggur.                           
Subklas polifenol meliputi flavonol, flavon,                          flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan. Turunan                          dari katekin seperti epi-cathecin (EC),                          epigallo-cathecin (EGC),                          epigallo-cathecin gallate (EGCg), dan                          quercetin umumnya ditemukan di dalam teh.                          EGCg dan quercetin merupakan anti oksidan                          kuat dengan kekuatan hingga 4-5 kali lebih tinggi                          dibandingkan vitamin E dan C yang juga merupakan                          antioksidan potensial. Antioksidan diketahui mampu                          menghindarkan sel dari kerusakan mengingat setiap                          kerusakan sel akan menyumbang lebih dari 50 penyakit.                                                   
Teh hijau mengandung EGCg, demikian juga teh hitam,                          demikian dikatakan seorang ahli biokimia. Dalam sebuah                          studi yang dilakukan peneliti Belanda menyebutkan,                          mengkonsumsi 4-5 cangkir teh hitam setiap hari akan                          menurunkan resiko stroke hingga 70% dibanding dengan                          mereka yang mengkonsumsi teh 2 cangkir sehari atau                          kurang. Laporan lainnya menyebutkan lebih banyak                          mengkonsumsi teh hitam berhubungan dengan rendahnya                          kasus serangan jantung. John Folts, Direktur Sekolah                          Medis, Pusat Penelitian dan Pencegahan Arteri Trombosis,                          Universitas Wisconsin, AS menemukan kunci khasiat dalam                          teh yaitu flavonoid. Hasil penelitiannya                          menunjukkan, flavonoid dalam teh hitam mampu menghambat                          penggumpalan sel-sel platelet darah sehingga mencegah                          penyumbatan pembuluh darah pada penyakit hantung koroner                          dan stroke. Studi lain menyebutkan bahwa peminum teh                          fanatik memiliki kadar kolesterol dan tekanan darah yang                          rendah, meskipun masih belum jelas apakah semuanya itu                          langsung disebabkan karena teh.                           
Para peneliti di Universitas Case Western Reserve,                          Cleveland, AS menemukan pengaruh penggunaan teh hijau                          pada kulit hingga 90 %. Ternyata teh sangat efektif                          melindungi kulit dari sinar matahari yang dapat                          mengakibatkan kanker kulit. Teh juga diketahui                          mengandung fluoride yang dapat menguatkan                          email gigi dan membantu mencegah kerusakan gigi. Dalam                          suatu studi laboratorium di Jepang, para ahli menemukan                          bahwa teh membantu mencegah pembentukan plak gigi dan                          membunuh bakteri mulut penyebab pembengkakan gusi.                                                   
Penelitian di Jepang menunjukkan, daerah penghasil                          teh yang pendudukanya terkenal sebagai peminum teh                          fanatik, sangat rendah angka kematiannya yang disebabkan                          oleh kanker. Hasil studi lainnya, dilakukan kerjasama                          antara tim peneliti Oguni dan pusat penelitian kanker di                          Beijing untuk mempelajari pengaruh ekstrak teh hijau                          pada tikus yang telah diberi ransum makanan karsinogenik                          (zat pemicu kanker). Dilaporkan, angka rata-rata kanker                          pada tikus yang memperoleh ekstrak teh hijau setengah                          dari tikus yang tidak memperoleh ekstrak teh hijau.                                                   
Para peneliti yakin bahwa polifenol yang dikenal                          sebagai cathecin yang terdapat pada teh                          hijau, membantu tubuh manusia melawan sel kanker. Studi                          lainnya dilakukan oleh Oguni dan Dr. Masami Yamada dari                          Hamamatsu Medical Center menemukan                          cathecin membunuh Helicobator                          pylori, bakteri pemicu kanker lambung. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar