~DWI SEPTIANI~

~DWI SEPTIANI~

Senin, 28 April 2014

Laporan Keuangan beserta Rasio Keuangan


PT. ELANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2010

AKTIVA
PASSIVA
Aktiva lancar
Hutang lancar
Kas
Rp   85.000.000,00
Hutang dagang
 Rp   60.000.000,00
Surat berharga/efek
Rp   40.000.000,00
Hutang pajak
 Rp   40.000.000,00
Piutang
Rp   25.000.000,00
Hutang wesel
 Rp   50.000.000,00
Inventory
Rp 120.000.000,00
Hutang perniagaan
 Rp   30.000.000,00
Jumlah Aktiva Lancar
Rp 270.000.000,00
Jumlah Hutang lancar
 Rp 180.000.000,00


Hutang Jangka Panjang

Aktiva tetap

Long term debt
 Rp    50.000.000,00
Mesin
Rp  20.000.000,00
Jumlah Hutang jangka panjang
 Rp    50.000.000,00
Akumulasi penyusutan mesin
Rp     2.000.000,00


Gedung
Rp  70.000.000,00
Modal

Akumulasi penyusutan gedung
Rp     7.000.000,00
Modal sendiri
 Rp 150.000.000,00
Tanah
Rp 149.000.000,00
Laba ditahan
 Rp  120.000.000,00
Jumlah Aktiva Tetap
Rp 230.000.000,00
Jumlah Modal
 Rp  270.000.000,00
Jumlah Aktiva
Rp 500.000.000,00
Jumlah Hutang dan Modal
 Rp  500.000.000,00


PT. ELANG

LAPORAN RUGI LABA

PERIODE 31 DESEMBER 2010



Penjualan
 Rp     750.000.000,00
Harga pokok penjualan
 Rp     200.000.000,00 -
        Laba Bruto
 Rp   950.000.000,00
Biaya administrasi
 Rp        10.000.000,00 -
        EBIT (laba usaha)
 Rp   940.000.000,00
Bunga Obligasi 10%
 Rp         5.000.000,00 -
        EBT (laba sebelum pajak)
 Rp   935.000.000,00
Pajak 12%
 Rp      112.200.000,00 -
        EAT (laba setelah pajak)
 Rp   822.800.000,00






Berdasarkan laporan keuangan tersebut, akan dapat dihitung berbagai rasio sebagai berikut :

a.  Liquidity Ratio 

·         Current Ratio =   Aktiva Lancar
                    Hutang Lancar

=   Rp 270.000.000   = 1,5% atau 0.015x
               Rp  180.000.000

Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap hutang Lancar Rp 1 dijamin oleh oleh aktiva lancar Rp 0,015

·         Quick Ratio =  Aktiva Lancar – Persediaan
                         Hutang Lancar

            =  Rp 270.000.000 – 120.000.000   = 0.83% atau 0.0083x
                            Rp 180.000.000

Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan  adalah setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,0083 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk uang bukan persediaan barang dagangan

·         Cash Ratio =  Cash + Surat Berharga
                     Hutang Lancar

= Rp 85.000.000 + Rp 40.000.000 = 0,694% atau 0,00694x
  Rp 180.000.000

Kemampuan membayar utang dengan segara yang harus dipenuhi  dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dapat diuangkan. Setiap hutang Lancar  Rp1,00 dijamin oleh kas  dan efek Rp 0,00694

b.  Solvabilitas Ratio

·         Rasio modal dengan Aktiva  =  MODAL SENDIRI
                                    TOTAL AKTIVA
=  Rp 150.000.000  = 0,3 atau 30%
    Rp 500.000.000

Artinya setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp. 0,3 modal sendiri.
·         Rasio Modal dengan Aktiva Tetap = MODAL SENDIRI
                                          AKTIVA TETAP
=  Rp 150.000.000   =     0,652 atau 65,2%
   Rp 230.000.000

Artinya  aktiva tetap dibiayai dengan 65,2 % modal sendiri.

·         Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang 
=          AKTIVA TETAP
   HUTANG JANGKA PANJANG
       
=   Rp 230.000.000  = 4,6 atau 460%
     Rp   50.000.000

Artinya Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva aktiva tetap sebesar 460%

c.   Rentabilitas Ratio

·         Rate of Return on Net Worth =      EAT
            Modal sendiri
     = Rp 822.800.000 = Rp 5,485 atau 548,5%
        Rp 150.000.000

Artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 5,485
·         Net Profit Margin =    EAT
                    Penjualan
    = Rp 822.800.000 = Rp 1,097 atau 109,7%
         Rp 750.000.000

Artinya Rp 1 penjualan menghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 1,097
·         Operating Ratio =Harga Pokok Penjualan + Biaya Administrasi
                                          Penjualan

= Rp 200.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 0,28 atau 28%
                   Rp 750.000.000 

Artinya Setiap Rp 1 penjualan menghasilkan Rp 0,28

·         Earning Power =      EBIT
                    Jumlah aktiva

=  Rp 940.000.000 = Rp 1,88 atau 188 %
    Rp 500.000.000

Artinya setiap Rp 1 Total Aktiva , menghasilkan Laba Usaha sebesar Rp 1,88

·         Gross Profit Margin = Laba Kotor
                           Penjualan

= Rp 950.000.000 = 1,27%
   Rp 750.000.000

Artinya Perusahaan dapat mencapai laba kotor 1,27% dari penjualannya.

PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI MASALAH KHUSUS DAN MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


       I.            Pengertian laporan keuangan konsolidasi masalah khusus
Laporan keuangan gabungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dimana dalam laporan keuangan tersebut terdapat masalah-masalah khusus dalam pembukuan laporan keuangan induk dan anak.

    II.            Masalah-masalah Khusus Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
*      Laba antar perusahaan yang berafiliasi
Laba/Rugi atas kenaikan/penurunan dari nilai barang, jasa maupun harta tak bergerak yang telah diakui oleh masing-masing pihak harus dihapuskan (dielimanasi).
1)      Laba atas sediaan
a.       Penjualan oleh Induk dengan penguasaan saham sebesar 100% dan kurang dari 100% tidak menggunakan metode.
b.      Penjualan oleh Anak
Ø  Penguasaan 100%
Dicatat dengan 2 metode yaitu
-          Metode Harga Perolehan
Laba atas barang dagangan baru diakui pada perusahaan anak, sedangkan pada perusahaan induk belum mengakui bagian atas laba yang terjadi. Oleh sebab itu rekening lawan atas kredit pada persediaan barang dagangan PT. Induk seluruhnya dibebankan pada saldo LYD, PT. Anak.

-          Metode Equity.
Pengakuan terhadap laba atas barang dagangan tidak saja pada buku PT. Anak melainkan juga PT. Induk . jadi pada metode ini PT. Induk telah menngakui jumlah laba tersebut. Oleh sebab itu eliminasi terhadap laba atas barang dagangan dan penurunan nilai persediaan barang dagangan dapat dilakukan dengan:

Ø  Penguasaan <100%
Eliminasi terhadap laba yang telah diakui atas laba dari transaksi antara PT. Anak dan PT. Induk harus dialokasikan sesuai dengan hak atas laba masing-masing pemegang saham. Dalam hal PT. Induk mempunyai hak atas laba sedang selebihnya dibebankan pada pemegang saham minoritas pada PT. Anak.
-          Metode harga perolehan
Bagian laba atas barang dagangan belum dicatat pada buku PT. Induk , melainkan baru dicatat pada buku PT. Anak. Oleh sebab itu seluruh jumlah laba yang timbul harus dikurangkan dari saldo LYD PT. Anak, sebagai rekening lawan dari penurunan nilai barang dagangan yang ada pada PT. Induk menjadi harga pokoknya semula.

-          Metode equity
Pada metode ini buku-buku PT. Induk telah diakui bagian atas laba dari barang dagangan tersebut. Oleh sebab itu rekening lawan dari pengurangan nilai persediaan barang dagangan adalah debit masing-masing saldo LYD PT. Induk dan PT. Anak yang merupakan hak atas bagian laba para pemegang saham minoritas.

2)      Laba Aktiva yang akan disusutkan
Penjualan aktiva tetap antar perusahaan yang harus disusutkan mengakibatkan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang direfleksikan dalam akun – akun afiliasi penjual. Pengaruh dari keuntungan dan kerugian tersebut dieliminasi dari laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak sampai keuntungan dan kerugian tersebut direalisasi oleh entitas yang digabungkan melalui penjualan kepada entitas lain atau melalui penggunaan dalam entitas yang digabungkan.

*      Obligasi antar Perusahaan
Terjadinya pemilikan obligasi dari suatu perusahaan oleh perusahaan lain didalam lingkungan perusahaan yang berafiliasi. Didalam neraca yang dikonsolidasi hutang piutang tersebut harus dieliminasi, sehingga hanya obligasi yang dimiliki oleh pihak diluar perusahaan yang yang berafiliasi dilaporkan sebagai hutang obligasi.
Pada masalah obligasi antar perusahaan, metode pencatatannya hanya dibedakan berdasarkan pada :
-       Penjualan oleh Induk
-       Penjualan oleh Anak

*      Saham prefferen dan saham biasa anak
1.    Saham Biasa
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan.
2.    Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
3.    Sifat saham preferen
a.   Tidak kumulatif dan tidak berpartisipasi (TKTB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya dari saldo laba yang ditahan seluruhnya merupakan bagian dari para pemegang saham biasa.
b.   Kumulatif dan tidak berpartisipasi (KTB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya, jika semua deviden yang menjadi haknya sampai dengan tanggal terakhir telah dibagikan.
c.    Tidak kumulatif dan berpartisipasi penuh (TKB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya.
Tidak kumulatif berarti hak atas deviden diperoleh hanya apabila perusahaan mengalami laba saja.
Berpartisipasi penuh berarti jika sudah dibagikan bagian deviden untuk saham prioritas dan saham biasa sebesar persentase yang ditentukan.
d.   Kumulatif dan berpartisipasi penuh (KB)
Saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya dan juga hak atas deviden yang kumulatif serta hak atas partisipasinya.

*      Deviden saham anak
Jika setelah pembagian saham anak (saham bonus) disusun neraca konsolidasi, maka dilakukan eliminasi-eliminasi hak kepemilikan dari perusahaan induk yang diatur sebagai berikut:
1.        Eliminasi modal saham dari posisi terakhir (setelah pembagian bonus saham/deviden saham anak) sebesar persentase kepemilikan.
2.        Eliminasi saldo Laba Yang Ditahan dari saldo LYD pada saat tanggal terjadinya pembelian saham dikurangi dengan jumlah modal saham statutair.